Jumat, 10 Juli 2009

Ruslag sman4 siantar

dikutip dari: dame ambarita web blog

Tahun 2006-2007, rencana tukar guling (ruilslag) lahan dan gedung SMA Negeri 4 Jalan Pattimura dan SD Negeri 122350 Jalan Sutomo Pematangsiantar oleh Pemko Siantar, mengundang pro kontra dari sejumlah elemen masyarakat Siantar. Di mana lahan seluas 24.621 meter persegi, berikut seluruh bangunannya, ditaksir bernilai sekitar Rp35 miliar. Tapi pada bulan-bulan akhir 2007 hingga awal 2008 ini, gaung rencana ruilslag itu senyap bak ditelan angin. Ada apa?

Rencana ruilslag lahan dan gedung SMA Negeri 4 Jalan Pattimura serta SD Negeri 122350 Jalan Sutomo Pematangsiantar, sebenarnya telah bergulir sejak 2005 lalu. Namun isunya panas-panas tahi ayam. Kadang panas, kadang dingin. Puncaknya memanas pada pertengahan 2007, di mana Pemko, DPRD, dan sejumlah elemen masyarakat ikut berkomentar seputar isu ruilslag ini.

Adalah PT Detis Sari Indah, salahsatu investor yang diketahui telah mengajukan poposal ke Pemko Pematangsiantar, untuk menukar-guling SMAN 4 dan SDN 122350 itu. Nilai Jual Objek Pajak )NJOP), awalnya ditaksir sekitar Rp35 miliar. Rencananya, PT Detis akan membangun mall dan perhotelan di kawasan SMAN 4, dengan biaya miliaran rupiah. Informasi diperoleh METRO, jumlah investor yang tertarik tawaran ruilslag SMAN 4 ada 4, termasuk dari Medan (nama-nama investor masih dirahasiakan, red).

Mendukung proposalnya itu, pihak Detis juga telah mengeluarkan uang untuk membangun tiga bangunan sebagai ganti SMAN 4 dan SNN 122350, yakni di Jalan Sisingamangaraja (dekat USI), Jalan Medan (dekat simpang masuk ke Terminal Tanjung Pinggir), dan Jalan Gunung Sibayak. Siantar pun memanas! Banyak orang berkomentar seputar rencana ruilslag lahan sekolah, yang disebut-sebut sebagai sekolah favorit di Siantar ini. Pihak murid, guru, pegawai sekolah, orangtua murid, komite sekolah, warga sekitar SMAN 4, Dikjar, Pemko, DPRD, OKP, LSM, pengusaha, alumni SMAN 4, dll, ikut memberi pendapat. Berbagai aksi unjuk rasa pun ikut meramaikan suasana. Bahkan sumber dana pihak PT Detis Sari Indah, untuk menukar guling lahan SMAN 4 dan membangun mall, pun ikut-ikutan disorot.

Tak hanya setuju tidak setuju soal ruilslag yang dibahas. NJOP juga ikut ditaksir oleh pihak independen. Dari hanya sekitar Rp35 miliar sesuai taksiran konsultan independen, PT Sucofindo Appraisal Utama, naik menjadi Rp49 miliar. Taksiran ini dikemukakan oleh Komite Nasional Pemuda Simalungun Indonesia (KNPSI) serta beberapa LSM dan Konsultan lainnya. Menurut hitungan mereka, idealnya lahan dan bangunan SMAN 4 minimal Rp2 juta per meter.

“Jika dikali dengan luas lahan 24.621 m², maka nilainya sebesar Rp49.242.000.000. Sebagai pembanding adalah NJOP untuk Jalan Cokroaminoto, yang sudah mencapai Rp1,5 juga per m²,” kata Ketua Umum DPP KNPSI Jan Wiserdo Saragih dan Sekjendnya Juliaman Purba SP, dalam siaran persnya yang diterima METRO, Agustus 2007 lalu.

Taksiran itu lebih mahal sekitar Rp14,27 miliar dibanding taksiran harga yang dilakukan konsultan independen PT Sucofindo Appraisal Utama, yang hanya menilai aset SMA 4 dan SD 122350 sebesar Rp34.965.967.000 atau senilai Rp1.419.00 per m² tanah dan bangunan.

Sementara itu, nilai tiga bangunan sekolah pengganti yang ditawarkan oleh PT Detis Sari Indah, yakni bangunan dan segala fasilitas yang terletak di Jalan Sisingamangaraja, sesuai dengan harga standar konstruksi nasional ditaksir maksimal Rp4,25 miliar. Bangunan dan segala fasilitas yang terletak di Jalan Gunung Sibayak, sesuai harga standar konstruksi nasional ditaksir maksimal Rp6.309.200.000. Dan bangunan dan segala fasilitas yang terletak di Jalan Mendan Simpang Tanjung Pinggir, sesuai harga standar konstruksi nasional ditaksir maksimal Rp5.763.900.000. Total nilai bangunan dan fasilitas yang ditawarkan PT Detis Sari Indah melalui tiga unit bangunan sekolah itu sebesar Rp16.223.100.000.

Senyap

Menjawab seluruh ribut-ribut itu, Pemko berjanji akan menghitung ulang NJOP lahan dan bangunan SMAN 4. Pemko menegaskan, investor dalam rencana ruilslag itu belum ditunjuk. Selain itu, Pemko juga berjanji akan menyosialisasikan dulu rencana ruilslag, sebelum diwujudukan.

Menyusul janji Pemko ini, suasana mulai mereda. Apalagi, tanda-tanda ruilslag sama sekali tak terlihat. SMAN 4 masih tetap berdiri. Belakangan, isu ruilslag makin hilang bak ditelan angin.

Apa kabar ruilslag? Kasubdin Penjar Siantar, Drs Mansur Sinaga, kepada METRO di Siantar, Jumat (8/3) mengatakan, pihaknya sama sekali tidak tahu-menahu soal adanya rencana ruilslag SMA 4. Ia hanya mengatakan, ditinjau dari segi kenyamanan belajar dan mengajar, Dikjar setuju SMAN 4 dan SD 122350 dipindahkan.

“Sesuai SK Wali Kota Siantar Ir RE Siahaan Nomor 593.33-2728/WK-Tahun 2006 tanggal 10 Oktober 2006, alasan tanah dan gedung SMA 4 dan SD 122350 diruilslag karena tidak sesuai lagi sebagai pusat pendidikan/kegiatan belajar-mengajar, dan tidak mendukung perkembangan sosial anak didik,” jelasnya.

Lokasi itu, lanjutnya, lebih tepat dan bermanfaat apabila diperuntukkan menjadi pusat bisnis, jasa dan hiburan. “Rencana ruilslag ini pun, para guru dan Dewan Komite Sekolah pada dasarnya mendukung. Kendalanya, pengganti SMAN 4 Jalan Pattimura dan SD 122350 Jalan Sutomo Pematangsiantar sampai sekarang belum ada,” tegasnya.

Ditanya tentang adanya 3 bangunan milik yang dibangun PT Detis Sari Indah, yang struktur bangunannya mirip bangunan sekolah, yakni di Jalan Gunung Sibayak, Jalan SM Raja, dan Jalan Medan, pihak Dikjar Kota Siantar mengaku, tidak mengetahui bangunan apa. Karena sampai sekarang, laporan kepada Dikjar Kota Pematangsiantar belum ada. “Apakah itu bangunan SMA atau SMP, kita tidak tahu. Hanya saja, memang struktur ketiga bangunan itu mirip bangunan sekolah,” katanya.

Sebelumnya, Ketua KNPSI, Jan Wiserdo, kepada METRO menjelaskan, nilai tiga bangunan sekolah pengganti yang ditawarkan oleh PT Detis Sari Indah, yakni bangunan dan segala fasilitas yang terletak di Jalan Sisingamangaraja, sesuai dengan harga standar konstruksi nasional ditaksir maksimal Rp4.250.000.000 miliar. Bangunan dan segala fasilitas yang terletak di Jalan Gunung Sibayak, sesuai harga standar konstruksi nasional ditaksir maksimal Rp6.309.200.000. Dan bangunan dan segala fasilitas yang terletak di Jalan Mendan Simpang Tanjung Pinggir, sesuai harga standar konstruksi nasional ditaksir maksimal Rp5.763.900.000. Total nilai bangunan dan fasilitas yang ditawarkan PT Detis Sari Indah melalui tiga unit bangunan sekolah itu sebesar Rp16.223.100.000.

Warga di Komplek SMAN 4 Minta Perumahan

Terkait rencana ruilslag ini, pensiunan PNS SMAN 4 yang berada di kompleks SMA, H Harahap, kepada METRO mengatakan, pensiunan dan PNS yang tinggal di komplek SMAN 4, tidak setuju rencana ruilslag, jika pengganti bangunan warga di dalam komplek SMA 4, belum ada.

“Warga yang berada di komplek SMA adalah PNS SMAN 4 yang masih bergaji rendah dan sebagian sudah pensiunan. Rumah yang kami tempati selama ini adalah perumahan dinas dari Departemen Pendidikan Tahun 1990. Jadi, kami tidak setuju ruilslag, jika penganti perumahan tidak ada,” katanya.

Bila terjadi ruilslag, bebernya, perjuangan Kepala Sekolah dan Guru SMA Negeri 4 yang selama ini berhasil menjadikan SMAN 4 sebagai sekolah favorit di Siantar, akan menjadi sia-sia. Padahal, guru dan kepala sekolah telah berjuang habis-habisan memajukan SMAN 4, sehingga masyarakat percaya terhadap sekolah itu, baik soal mutu pendidikan, maupun sarana dan prasarana sekolah. “Anggaran pendidikan yang setiap tahunnya dialokasikan ke SMAN 4, mulai perawatan gedung dan pembelian buku-buku, akan sia-sia begitu saja, jika ruilslag terjadi,” katanya.

Sebelumnya, dalam Resume Dialog Publik Dewan Pengurus Cabang Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (DPC HIMAPSI) Pematangsiantar di Siantar, pertengahan 2007 lalu, disimpulkan, rencana ruilslag SMAN 4 sebaiknya ditinjau ulang atau dihentikan secara total, menyusul banyaknya dugaan-dugaan pelanggaran dan kejanggalan, ditinjau dari aspek yuridis dan sosial politik. Apalagi diduga, rencana ruilslag itu juga akan memusnahkan situs sejarah.

Ruilslag yang disebut-sebut Pemko Siantar sebagai langkah pertumbuhan ekonomi dan pengurangan jumlah pengangguran, dinilai tidak relevan dan tidak rasional. Pasalnya, rencana pembangunan mall malah berpotensi melemahkan ekonomi basis dan mengakibatkan kerugian, karena developer secara berkelanjutan tanpa batas akan membawa uang masyarakat keluar dari Kota Pematangsiantar, melalui pusat hiburan, mall, dan pusat bisnis.

HIMAPSI mencermati, ruilslag menunjukkan Pemko hanya mengupayakan kuantitas pendidikan semata, bukan kualitasnya. Artinya, belum ada upaya itikat baik dalam peningkatan mutu pendidikan, apalagi berbicara sampai mendirikan SMA Plus. Apalagi, agenda ruilslag tidak dikaji secara ilmiah dan komprehensif, serta tidak transparan karena tidak melibatkan seluruh element, khususnya stake holder pendidikan, sehingga lahirlah sikap destruktif dari masyarakat. “Barangkali lebih tepat dikatakan, agenda ruilslag diduga muncul akibat adanya pengaruh-pengaruh dan desakan pihak ketiga,” katanya.

Senyap Tak Berarti Batal

Apakah karena kritikan yang bertubi-tubi dan elemen masyarakat yang membuat Pemko menunda rencana ruilslag? Pemko tak mengaku. Sementara Jeak Gempar Saragih, anggota DPRD Siantar, rencana ruilslag SMAN 4 memang belum final, karena Wali Kota Siantar belum mengajukan tim penaksir NJOP lahan dan gedung SMAN 4 serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN). “Karena tim penaksir sampai saat ini belum dihunjuk oleh Wali Kota, rencana ruilslag pun menjadi diam begitu saja, tanpa ada keputusan,” katanya. Kabar terakhir diperoleh METRO, senyapnya isu ruilslag SMAN 4 ini bukan berarti rencana itu batal. Hanya ditunda saja, hingga waktu yang tak ditentukan. (johnmarulitua damanik dibantu dame ambarita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar